add menu navigasi

Kamis, 04 Agustus 2016

Puja Kerang Ajaib

Saya diam-diam memperhatikamu yang tertidur pulas. Diam-diam pula saya merasa wajahmu sama persis dengan wajah anak kita kelak. Ah, lucu sekali. Kita baru kenal beberapa bulan dan sudah beberapa kali membicarakan pernikahan.

Saya membenarkan letak boneka beruang yang kamu gunakan sebagai bantal dan meyelimutimu dengan sarung kumal-entah milik siapa-karena yang saya tahu kamu terlalu mudah masuk angin.

"Tubuhku terlalu sexy dan angin begitu berhasrat pada tubuhku, Dik". Katamu suatu ketika dan saya mati-matian menahan tawa saat mendengarnya.

Matamu masih tertutup, tubuhmu mulai gemetar. Dalam kondisi seperti ini ada dua kemungkinan. Pertama kamu masuk angin-lagi-. Kedua kamu pura-pura menggigil agar mendapat pelukan cuma-cuma dari saya. Kamu memang benar-benar pintar memanfaatkan kesempatan Mas.

Saya diam cukup lama, bingung harus melakukan apa; memelukmu atau pura-pura tidak peka. Gemetar tubuhmu makin hebat, saya mendekat dan mencium bibirmu yang kering. Kamu tidak suka ciuman bangun tidur, saya paham. Saya juga tidak memiliki niat memberikan ciuman bangun tidur, saya hanya ingin membasahi bibirmu.

"Jangan mencuri apapun saat aku tidur, Dik". Sial saya ketahuan atau memang dari tadi kamu pura-pura terpejam dan menanti kejutan pagi yang saya berikan.

"Dingin sekali". Kamu menggosok-gosokan kakimu ke kaki saya seraya memeluk perut saya. Ini double sial.

"Kalau terus seperti ini kamu bisa dilempar ulekan Ibuku,  Mas". Aku merasakan gemelatuk gigiku saat mengatakan ini, sial aku benar-benar tak berdaya dihadapanmu.

"Apa aku harus melamarmu agar terbebas dari lemparan ulekan"

"Lakukan semua hal yang membuatmu bahagia, Mas"

"Aku bahagia saat menciummu. Kamu mau?"

Saya diam. Kamu ikut diam.

Saya membenarkan letak buku yang saya gunakan sebagai bantal. Semalam kamu menawarkan boneka beruang untuk saya pakai sebagai bantal. Saya menolak, boneka itu terlalu menyeramkan.

"Kamu sedang membayangkan apa,  Dik? "

"Aku tinggal di Himalaya, makan jagung bakar tiap malam, memelihara beberapa koala dan memiliki Ikaliptus di halaman"

"Kamu ingin menjadi manusia gunung?". Kamu tertawa, renyah sekali dan saya tiba-tiba susah bernafas.

"Sepertinya asik, Mas"

"Lalu bagaimana kalau kamu pengen makan bakwan jagung?"

"Aku tinggal turun gunung, membeli jagung di pasar. Selesai"

"Kamu yakin di Himalaya ada jagung"

"Kalau tidak ada aku tinggal menghubungi Rizki. Meminta ia mengirim sekarung jagung. Dikirim lewat JNE"

"Jangan mengada-ada, Dik"

"Kalau itu tidak bisa aku tinggal meminta bantuan kerang ajaib"

"Ini 2016. Siapa yang percaya hal semacam itu?"

"Spongebob dan Patrick"

"Katakan semua hal yang membuatmu bahagia". Saya tahu kamu mulai bosan dengan celotehku. Saya mendekat, mencoba membasahi bibirmu-lagi-. Tapi kamu lebih cepat bergerak dan menciumku tanpa ampun.

"Apa yang kamu bayangkan mas?". Saya berujar disela-sela ciuman kita.

"Kita berdua memuja kerang ajaib"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar