Sabtu, 24 September 2016
Apa yang Saya Kejar Dihidup Saya?
Sabtu, 17 September 2016
Buat Mas Bhisma (Tokoh rekaan Laksmi di novel Amba)
Salam hangat..
Saya akan mengawali surat ini dengan bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha Esa, atas anugrah yang ia berikan. Anugrah yang saya maksud disini adalah kesempatan untuk menuslis surat pada njenengan. Meskipun pada akhirnya saya ndak tahu kemana saya harus mengirim surat ini.
Sebelumnya perkenalkan saya Wulida, asal Bojonegoro—95km dari Kediri. Ngomong-ngomong njenengan masih ingat tentang Kediri? Tentu masih ingat ‘kan Mas, lha wong njenengan ketemu Mbak Amba juga di Kediri. Saya ini pengagum njenengan lho Mas. Bukan. Bukan kerana njenengan merupakan salah satu ciptaaan Allah yang paling indah sehingga memiliki wajah aduhai. Bukan juga karena njenengan dokter lulusan Leipzing, Jerman Timur. Tapi karena njenengan berhasil memporak-porandakan hati Mbak Amba, wanita ter-egois dan mandiri.
Tentu njenengan bertanya-tanya, kenapa saya bisa kenal Mbak Amba ‘kan? Begini Mas, beberapa waktu yang lalu saya membaca kisah Mbak Amba yang mencari Mas ke Buru. Mas ndak tahu kalau Mbak Amba pergi ke Buru ‘hanya’ untuk mencari Mas. Mas juga ndak tahu tho kalau kisah perjalanan Mbak Amba mencari cintanya yang minggat telah dibukukan.
Mas Bhisma, njenengan ini tega sekali ya. Tanpa Mas sadari, Mas telah mengacaukan kehidupan Mbak Amba dengan ketampanan luar biasa yang njenengan miliki. Sebelum Mbak Amba bertemu dengan njenengan, Mbak Amba memiliki tunangan. Namanya Salwa, Ia mencintai Mbak Amba sepenuh hati. Yaa.. walaupun Mbak Amba tidak merasa getar-getar cinta pada Salwa, tapi saya yakin Salwa bisa menjaga Mbak Amba. Tidak seperti njenengan yang minggat—meskipun njenengan ke Buru karena tertangkap pengrebekan, saya tetap menganggap njenengan minggat.
Kata Eka Kurniawan “cantik itu luka” maka berlaku juga kata “tampan itu luka”. Wajah rupawan yang njenengan miliki menghasilkan luka mendalam pada Mbak Amba. Hubungan Mbak Amba dan Salwa berakhir karena njenengan, orang tua Mbak Amba kecewa akan keputusan tersebut. Selama njenengan pergi yang Mbak Amba lakukan hanya menyelam dan mengais, menyelam kesedihan karena njenengan tinggal minggat, mengais sisa-sisa cinta njenengan yang Masih tertinggal.
Mas Bhisma terlalu berani mengambil resiko. Buat apa sih Mas ngajak Mbak Amba ketempat yang penuh dengan PKI? Mau menanamkan paham komunis pada Mbak Amba? Andai dulu njenengan dan Mbak Amba tetep di rumah sakit Kediri, pasti semua akan baik-baik saja. Njenengan tidak akan tertangkap dalam pengrebekan dan dibuang ke Buru. Kalian akan hidup bahagia, merawat anak bersama dan menjalani hari tua bersama.
Tapi sepertinya njenengan menikmati hukuman menjadi tapol di Buru. Buktinya saat semua tapol diperbolehkan pulang ke keluarganya masing-masing. Njenengan tetap tinggal di Buru. Apa njenengan ndak ingat Mbak Amba? Mbak Amba yang sedang mengandung anak njenengan menunggu kapan njenengan pulang. Apa jangan-jangan njenengan ndak sadar kalau menanam benih dirahim Mbak Amba?
Kalau saya pikir-pikir jenengan ini mirip seperti Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta. Kalian sama-sama mempermainkan peransaan perempuan dan minggat tanpa kabar. Bedanya setelah belasan tahun Rangga pulang menemui Cinta. Sedangkan, njenengan malah mati di Buru. Seharusnya kalau njenengan mau mati, nenengan kirim telegram ke Mbak Amba. Agar Mbak Amba tidak khawatir dan Mbak Amba bisa kawin dengan lelaki lain.
Buat Apa sih berlama-lama di Buru? Njenengan menemukan perempuan lain yang kecantikan dan kecerdasannya melebihi Mbak Amba? Atau njenengan menemukan tambang batu akik dan menjadi pengusaha batu akik di Buru? Mas.. mas, njenengan ini dokter lulusan Leipzing, masak selama kuliah di luar negeri mas tidak diajari ilmu tentang kehidupan. Ilmu tentang bagaimana kita hidup saling berdampingan satu sama lain, ilmu tentang tanggung jawab serta ilmu-ilmu kehidupan lainnya? Sampai hati njenengar membiarkan Mbak Amba merawat srikandi—anaknya, sendirian.
Saya dengar njenengan diberi kekuatan supranatural oleh orang Buru. Kenapa njenengan ndak melakukan teleportasi dari Buru ke kediaman Mbak Amba? ‘kan njenengan sudah punya kekuatan yang tidak dimiliki orang lain. Kalau njenengan melakukan itu, saya yakin kisah cinta njenengan dan Mbak Amba akan dibuat drama. Njenengan dan Mbak Amba juga akan hidup bahagia selamanya. YAEY...
Saat tiba di Buru Mbak Amba mendatangi makam njenengan. Di makam itu Mbak Amba diserang oleh seorang wanita, katanya istri njenengan. Namanya Muka Burung. Muka Burung bercerita banyak, salah satunya njenengan tidak pernah menyentuh Muka Burung, padahal kalian adalah suami-istri. Jadi selain menyakiti hati Mbak Amba, njenengan juga menyakiti hati Muka Burung. Njenengan ndak tahu tho kalau setiap harinya Muka burung merasa bersalah karena tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas. Muka Burung selalu bertanya-tanya apasih yang kurang dari dirinya sehingga njenengan tidak mau menyentuhnya.
Saya bingung mengapa njenengan menyia-nyiakan cinta Mbak Amba. Setelah bertahun-tahun njenengan tidak kembali dari Buru, Mbak Amba menikah dengan bule. BULE Mas. Meskipun sudah memiliki suami, Mbak Amba tetap mencintai dan mengharap kepulangan njenengan. Saat suami Mbak Amba meninggal, Mbak Amba pergi ke Buru untuk mencari jejak njenengan. Selama diperjalanan seorang lelaki muda sehat jasmani dan rohani menaruh hati pada Mbak Amba. Lelaki itu yang menemani perjalanan Mbak Amba. Bahkan menemani Mbak Amba saat ia dirawat di rumah sakit karena diserang Muka Burung. Umur lelaki itu kira-kira sama dengan umur Srikandi. Diumur yang sudah bisa dibilang tak muda lagi, Mbak Amba masih bisa memikat hati lelaki yang seumuran dengan anaknya.
Sosok Mbak Amba benar-benar memikat. Saya yang hanya seorang pembaca juga terpikat oleh Mbak Amba. Tapi yang saya sayangkan disini adalah Njenengan hanya meninggalkan puluhan surat untuk Mbak Amba. Njenegan kira Mbak Amba merasa puas akan surat-surat itu? Bahkan tukang odong-odong pun ndak puas kalau hanya dikasih surat.
Terakhir, selamat ya mas karena telah bertemu dengan Pram di kamp tapol. Saya memiliki teman, namanya Oom Nanang, Mas Tohir dan Mas Danial yang benar-benar mengagumi Pram. Tapi mereka tidak diberi kesempatan untuk bertemu Pram. Ah.. betapa beruntungnya njenengan bertemu Pram.
Semoga dikehidupan selanjutnya njenengan tidak melakukan kesalahan yang sama; menyia-nyiakan hati wanita. Dan semoga suatu saat entah dimana itu njenengan dipertemukan dengan Mbak Amba.
Salam
Bojonegoro 26-8-15
Buat Pangeran Kunang-Kunang
Buat Pianis Berhidung Portugis. Selamat Ulang Tahun, Selamat Tinggal.
Jumat, 19 Agustus 2016
Buat Mas Ikal
Selasa, 16 Agustus 2016
Selamat ulang tahun Ji Young-ssi
Sabtu, 13 Agustus 2016
Buat Ibuk, Selamat Ulang Tahun
Kamis, 04 Agustus 2016
Buat Galon Aqua yang Jualan Tahu
Puja Kerang Ajaib
Saya diam-diam memperhatikamu yang tertidur pulas. Diam-diam pula saya merasa wajahmu sama persis dengan wajah anak kita kelak. Ah, lucu sekali. Kita baru kenal beberapa bulan dan sudah beberapa kali membicarakan pernikahan.
Saya membenarkan letak boneka beruang yang kamu gunakan sebagai bantal dan meyelimutimu dengan sarung kumal-entah milik siapa-karena yang saya tahu kamu terlalu mudah masuk angin.
"Tubuhku terlalu sexy dan angin begitu berhasrat pada tubuhku, Dik". Katamu suatu ketika dan saya mati-matian menahan tawa saat mendengarnya.
Matamu masih tertutup, tubuhmu mulai gemetar. Dalam kondisi seperti ini ada dua kemungkinan. Pertama kamu masuk angin-lagi-. Kedua kamu pura-pura menggigil agar mendapat pelukan cuma-cuma dari saya. Kamu memang benar-benar pintar memanfaatkan kesempatan Mas.
Saya diam cukup lama, bingung harus melakukan apa; memelukmu atau pura-pura tidak peka. Gemetar tubuhmu makin hebat, saya mendekat dan mencium bibirmu yang kering. Kamu tidak suka ciuman bangun tidur, saya paham. Saya juga tidak memiliki niat memberikan ciuman bangun tidur, saya hanya ingin membasahi bibirmu.
"Jangan mencuri apapun saat aku tidur, Dik". Sial saya ketahuan atau memang dari tadi kamu pura-pura terpejam dan menanti kejutan pagi yang saya berikan.
"Dingin sekali". Kamu menggosok-gosokan kakimu ke kaki saya seraya memeluk perut saya. Ini double sial.
"Kalau terus seperti ini kamu bisa dilempar ulekan Ibuku, Mas". Aku merasakan gemelatuk gigiku saat mengatakan ini, sial aku benar-benar tak berdaya dihadapanmu.
"Apa aku harus melamarmu agar terbebas dari lemparan ulekan"
"Lakukan semua hal yang membuatmu bahagia, Mas"
"Aku bahagia saat menciummu. Kamu mau?"
Saya diam. Kamu ikut diam.
Saya membenarkan letak buku yang saya gunakan sebagai bantal. Semalam kamu menawarkan boneka beruang untuk saya pakai sebagai bantal. Saya menolak, boneka itu terlalu menyeramkan.
"Kamu sedang membayangkan apa, Dik? "
"Aku tinggal di Himalaya, makan jagung bakar tiap malam, memelihara beberapa koala dan memiliki Ikaliptus di halaman"
"Kamu ingin menjadi manusia gunung?". Kamu tertawa, renyah sekali dan saya tiba-tiba susah bernafas.
"Sepertinya asik, Mas"
"Lalu bagaimana kalau kamu pengen makan bakwan jagung?"
"Aku tinggal turun gunung, membeli jagung di pasar. Selesai"
"Kamu yakin di Himalaya ada jagung"
"Kalau tidak ada aku tinggal menghubungi Rizki. Meminta ia mengirim sekarung jagung. Dikirim lewat JNE"
"Jangan mengada-ada, Dik"
"Kalau itu tidak bisa aku tinggal meminta bantuan kerang ajaib"
"Ini 2016. Siapa yang percaya hal semacam itu?"
"Spongebob dan Patrick"
"Katakan semua hal yang membuatmu bahagia". Saya tahu kamu mulai bosan dengan celotehku. Saya mendekat, mencoba membasahi bibirmu-lagi-. Tapi kamu lebih cepat bergerak dan menciumku tanpa ampun.
"Apa yang kamu bayangkan mas?". Saya berujar disela-sela ciuman kita.
"Kita berdua memuja kerang ajaib"
Jumat, 22 Juli 2016
Buat Midorima Shintarou
Hai, Midori-kun.
Ah, rasanya canggung sekali, ya. Saya memang tidak bisa mengawali surat, sama halnya dengan saya yang tidak bisa
mengawali percakapan kita.
Midori-kun selalu mencari topik pembicaraan tapi saya hanya menanggapi dengan senyum kecil. Saya tidak bosan dengan percakapan-
percakapan kita, saya hanya grogi. Rasanya sudah lama sekali saya tidak bercakap secara "intim" dengan lelaki. Jadi, midori-kun harus maklum.
Saya bingung, dulu saya pernah menulis
surat kaleng untuk midori-kun. Tapi detik ini, saat saya ingin menulis surat lagi, saya bingung. Pasokan kata yang saya miliki habis. Apa saya harus membaca KBBI agar pasokan kata yang saya miliki kembali?
Sebelumnya, seperti yang sudah-sudah saya katakan di surat-surat yang lain. Saya ini bukan orang baik, pengumpat sejati, malas mandi, berantakan, tidak punya rasa peduli, acuh, berlidah tajam dan lainnya dan sebagainya. Jadi apa tidak salah midori-kun memilih saya?
Terlalu banyak aib saya yang midori-kun
ketahui. Ngomong-ngomong saya perempuan dengan gengsi yang cukup tinggi, setiap kali saya dekat dengan lelaki, saya menutupi sikap dan sifat yang sekiranya tidak pantas dimiliki seorang calon ukhti. Tapi dengan midori-kun, saya menjadi diri saya sendiri.
Hal ini tentu saja ada alasannya. Saya tidak pernah mengira akan jatuh cinta pada midori-kun. Kalau saja dulu saya tahu, midori-kun semempesona ini. Tentu saja saya menutupi aib-aib saya, dan menjadi sosok ukhti berhati bersih dengan pikiran yang bersih juga. Tapi
terimakasih karena midori-kun, untuk
pertama kalinya saya menjadi diri saya
sendiri saat jatuh cinta.
Midori-kun, saya kagum sekali pada midori. Bukan karena midori-kun begitu mempesona di lapangan basket, dengan tembakan point tiga. Tapi saya kagum dengan kemampuan midori-kun menggedor pintu hati saya. Eh, saya ralat. Bukan menggedor melainkan mendobrak. Midori-kun tamu yang seenak udel ya. Tiba-tiba mendobrak pintu hati anak
orang. Pokoknya midori-kun harus tanggung jawab.
Saya ingin meminta maaf karena saya terlalu pasif. Saya sedang dalam proses
menyesuaikan diri dengan midori-kun yang memiliki begitu banyak pengalaman dan teman-teman yang luar biasa.
Terakhir, Saya kangen. Kangen setinggi-
tingginya. Kangen yang membianglala.
Saya sebenarnya belum ingin mengakhiri
tulisan ini. Tapi lagi-lagi saya bingung ingin menulis apa. Ya, semoga midori-kun selalu sehat dan mempesona. Semoga proses belajar kita dipermudah dan semoga lekas bertemu.
Salam hangat
Miura Ayumu.
Kamis, 28 Januari 2016
Dialogue
Y"Hmm"
"Whut?"
"Nothing"
"R u Ok?"
....
"No, but i smile anyway"
"Mau berbagi cerita?"
"Im tired, just tired. Thats all"
"Why?"
"Dunia terlalu jahat untuk gadis kecil yang baru menganal cinta, lantas patah hati dalam waktu yg singkat..
"Dunia terlalu baik pada penyair yang gampang sekali memikat wanita hanya dengan puisi murahan"
"Jadi sekarang kamu jatuh cinta pada penyair, setelah sebelumnya kamu menyukai pemain piano dan pemain futsal"
"No"
"But?"
"im just obsessed with him"
"Obsession is something that makes people push themselves to reach their goal. So?"
"Shit, im not"
"Yaaa.. i know"
"Tapi, dia melakukan hal yang sama, ada yang sedikit mengganjal dihati"
"Dia? penyair? Pemain piano? Pemain futsal?"
"Berhenti menyebut deretan orang-orang
itu"
"Oke, tapi siapa?"
"Dia yg selama ini ada disampingku"
"Ha?"
"Aku pernah terobsesi dengan ahli bumi, dan secara terang-terangan dia menunjukan kedekatan mereka.. Sekarang hal ini terulang kembali"
"Wait, sepertinya kamu terobsesi pada semua orang"
"Haha, idk. Tapi aku selalu kagum pada orang yang ber-IQ tinggi dan memiliki hidung postugis"
"I know"
"So, what shoud i do?"
"Jangan mudah kagum"
"Damn, tidak ada saran yang lebih menarik?"
"Jangan jatuh cinta"
"fucking off. Srsly i have no time for ur negative bullshit"
"Kurangi mengumpat"
"bastard. Stop it"
"Hargai orang yang berbicara"
"Hentikan, aku sudah tidak memerlukan saranmu"
.....
"Lagipula, kamu bukan orang. Kamu hanya khodamku"