add menu navigasi

Jumat, 19 Agustus 2016

Buat Mas Ikal

Barangkali tulang rusukmu yang hilang itu aku, mas.

Mas. Bicara denganmu itu susah. Begini, suatu saat saya berkata tentang "A" dan tanpa sengaja saya kembali mengatakan hal itu. Mas Ikal dengan seenak udelnya menjawab "Sudah pernah diucapkan. Ndak kreatif". Saya harus bagaimana?


Saya maklum sikap seenak udelnya Mas Ikal. La wong Mas Ikal juga seenak udelnya mendobrak pintu hati saya yang sudah saya gembok. Tapi biar bagaimanapun saya sayang Mas Ikal.
Ibarat Mas Ikal kubangan, saya sudah masuk dengan sempurna ke dalamnya. Sehelai rambut pun tidak terlihat. Saya tidak tahu sejak kapan, tapi saya sudah masuk terlalu dalam dan susah untuk keluar lagi.

Dulu saya sempat khawatir mengingat sebelum ini Mas terlalu sering membuat puisi untuk sederet wanita. Tapi akhir-akhir ini Mas malah tidak membuat puisi sama sekali. Saya merasa bersalah Mas.
Apa saya harus memberi buku catatan, barangkali Mas akan kembali menulis puisi. Tentu sebelumnya buku catatan itu saya semprot minyak wangi biar alay.

Saya nggak pernah ngira kalau nulis surat buat Mas Ikal itu susah sekali. Saya berkali-kali mengganti judul. Mulai dari "Buat Mas Ikal yang Seenak udelnya", "Buat Mas Ikal, yang berhasil dengan Sempurna Membaikot Pikiran Saya", "Buat Mas Ikal, Terimakasih Tulang Rusuk yang Mas berikan" sampai "Tapir Bunting Saya Kangen Mas Ikal". Tapi semuanya tidak jadi, jangan tanya alasannya Mas.

Saya pernah mendengar suara dari surga. Dan itu suara Mas Ikal. Saya ingat, saat itu hari Sabtu. Saya masih tidur, Mas ikal telepon, saya tidak ngeh kalau yang telepon Mas. Saat itu suara Mas merdu sekali, adem, lembut. Saya merasa di surga mendengarnya. Jangan anggap saya lebay, ini serius.
Mas, maaf ya saya kekanakan, sering tidak jelas, sering membuat Mas Ikal KZL.

Mari belajar dewasa bersama Mas. Mas harus membimbing saya menjadi perempuan yang dewasa.
Jaga kesehatan, makan yang teratur, jangan terlalu sering kencan dengan laptop, saya tidak suka, saya merasa diselingkuhi.

Salam.

Pemilik tulang rusukmu.
Wulida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar