Saya cengeng bukan main. Semua orang selalu mengganggap saya
kuat dan tegar. Bahkan satu, dua diantaranya terang-tengangan berkata ”Seorang
Wulida, mana mungkin bisa nangis”. Padahal sebenarnya saya ini apa. Hanya
dibentak saja saya nangis, la wong seumur-umursaya belum pernah dibentak.
Diabaikan saya juga nangis, di depan orang banyak malah. YaAllah saya pernah
alay.
Saya penakut. Sialnya tidak ada yang percaya kalau saya
penakut. Ketidakpercayaan mereka didasari oleh saya-ngekost-sendirian-jauh-dari-orang-tua.
Klise banget ya? Padahal sebenarnya saya tidak berani pipis sendirian dimalam
hari, harus di tungguin di depan pinru toilet.
Saya sedikit bisa masak—maksudnya, rasanya tidak begitu
aneh. Tapi kalau saya membawa masakan saya, teman-teman tidak ada yang oercaya
kalau masakan tersebut yang masak saya.
Saya pemalu. Tapi kata orang malu-maluin. Saya memang pemalu
saat bertemu orang-orang baru. Tapi kata orang saya terlalu malu-maluin untuk
jadi pemalu.
Saya pendendam. Tidak ada yang percaya dan tidak ada yang
tahu. Karena muka saya imut-imut polos jadi tidak ada yang mengira kalau saya
pendendam. Tapi dendam saya, Cuma saya simpan dalam hati tidak lebih dari itu.
Saya tidak pernah berbuat anarkis karena dendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar