add menu navigasi

Sabtu, 17 September 2016

Buat Mas Bhisma (Tokoh rekaan Laksmi di novel Amba)

Teruntuk Mas Bhisma.
Salam hangat..
Saya akan mengawali surat ini dengan bersyukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha Esa, atas anugrah yang ia berikan. Anugrah yang saya maksud disini adalah kesempatan untuk menuslis surat pada njenengan. Meskipun pada akhirnya saya ndak tahu kemana saya harus mengirim surat ini.
Sebelumnya perkenalkan saya Wulida, asal Bojonegoro—95km dari Kediri. Ngomong-ngomong njenengan masih ingat tentang Kediri? Tentu masih ingat ‘kan Mas, lha wong njenengan ketemu Mbak Amba juga di Kediri. Saya ini pengagum njenengan lho Mas. Bukan. Bukan kerana njenengan merupakan salah satu ciptaaan Allah yang paling indah sehingga memiliki wajah aduhai. Bukan juga karena njenengan dokter lulusan Leipzing, Jerman Timur. Tapi karena njenengan berhasil memporak-porandakan hati Mbak Amba, wanita ter-egois dan mandiri.
Tentu njenengan bertanya-tanya, kenapa saya bisa kenal Mbak Amba ‘kan? Begini Mas, beberapa waktu yang lalu saya membaca kisah Mbak Amba yang mencari Mas ke Buru. Mas ndak tahu kalau Mbak Amba pergi ke Buru ‘hanya’ untuk mencari Mas. Mas juga ndak tahu tho kalau kisah perjalanan Mbak Amba mencari cintanya yang minggat telah dibukukan.
Mas Bhisma, njenengan ini tega sekali ya. Tanpa Mas sadari, Mas telah mengacaukan kehidupan Mbak Amba dengan ketampanan luar biasa yang njenengan miliki. Sebelum Mbak Amba bertemu dengan njenengan, Mbak Amba memiliki tunangan. Namanya Salwa, Ia mencintai Mbak Amba sepenuh hati. Yaa.. walaupun Mbak Amba tidak merasa getar-getar cinta pada Salwa, tapi saya yakin Salwa bisa menjaga Mbak Amba. Tidak seperti njenengan yang minggat—meskipun njenengan ke Buru karena tertangkap pengrebekan, saya tetap menganggap njenengan minggat.
Kata Eka Kurniawan “cantik itu luka” maka berlaku juga kata “tampan itu luka”. Wajah rupawan yang njenengan miliki menghasilkan luka mendalam pada Mbak Amba.  Hubungan Mbak Amba dan Salwa berakhir karena njenengan, orang tua Mbak Amba kecewa akan keputusan tersebut. Selama njenengan pergi yang Mbak Amba lakukan hanya menyelam dan mengais, menyelam kesedihan karena njenengan tinggal minggat, mengais sisa-sisa cinta njenengan yang Masih tertinggal.
Mas Bhisma terlalu berani mengambil resiko. Buat apa sih Mas ngajak Mbak Amba ketempat yang penuh dengan PKI? Mau menanamkan paham komunis pada Mbak Amba? Andai dulu njenengan dan Mbak Amba tetep di rumah sakit Kediri, pasti semua akan baik-baik saja. Njenengan tidak akan tertangkap dalam pengrebekan dan dibuang ke Buru. Kalian akan hidup bahagia, merawat anak bersama dan menjalani hari tua bersama.
Tapi sepertinya njenengan menikmati hukuman menjadi tapol di Buru. Buktinya saat semua tapol diperbolehkan pulang ke keluarganya masing-masing. Njenengan tetap tinggal di Buru. Apa njenengan ndak ingat Mbak Amba? Mbak Amba yang sedang mengandung anak njenengan menunggu kapan njenengan pulang. Apa jangan-jangan njenengan ndak sadar kalau menanam benih dirahim Mbak Amba?
Kalau saya pikir-pikir jenengan ini mirip seperti Rangga di film Ada Apa Dengan Cinta. Kalian sama-sama mempermainkan peransaan perempuan dan minggat tanpa kabar. Bedanya setelah belasan tahun Rangga pulang menemui Cinta. Sedangkan, njenengan malah mati di Buru. Seharusnya kalau njenengan mau mati, nenengan kirim telegram ke Mbak Amba. Agar Mbak Amba tidak khawatir dan Mbak Amba bisa kawin dengan lelaki lain.
Buat Apa sih berlama-lama di Buru? Njenengan menemukan perempuan lain yang kecantikan dan kecerdasannya melebihi Mbak Amba? Atau njenengan menemukan tambang batu akik dan menjadi pengusaha batu akik di Buru? Mas.. mas, njenengan ini dokter lulusan Leipzing, masak selama kuliah di luar negeri mas tidak diajari ilmu tentang kehidupan. Ilmu tentang bagaimana kita hidup saling berdampingan satu sama lain, ilmu tentang tanggung jawab serta ilmu-ilmu kehidupan lainnya? Sampai hati njenengar membiarkan Mbak Amba merawat srikandi—anaknya, sendirian.
Saya dengar njenengan diberi kekuatan supranatural oleh orang Buru. Kenapa njenengan ndak melakukan teleportasi dari Buru ke kediaman Mbak Amba? ‘kan njenengan sudah punya kekuatan yang tidak dimiliki orang lain. Kalau njenengan melakukan itu, saya yakin kisah cinta njenengan dan Mbak Amba akan dibuat drama. Njenengan dan Mbak Amba juga akan hidup bahagia selamanya. YAEY...
Saat tiba di Buru Mbak Amba mendatangi makam njenengan. Di makam itu Mbak Amba diserang oleh seorang wanita, katanya istri njenengan. Namanya Muka Burung. Muka Burung bercerita banyak, salah satunya njenengan tidak pernah menyentuh Muka Burung, padahal kalian adalah suami-istri. Jadi selain menyakiti hati Mbak Amba, njenengan juga menyakiti hati Muka Burung. Njenengan ndak tahu tho kalau setiap harinya Muka burung merasa bersalah karena tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Mas. Muka Burung selalu bertanya-tanya apasih yang kurang dari dirinya sehingga njenengan tidak mau menyentuhnya.
Saya bingung mengapa njenengan menyia-nyiakan cinta Mbak Amba. Setelah bertahun-tahun njenengan tidak kembali dari Buru, Mbak Amba menikah dengan bule. BULE Mas. Meskipun sudah memiliki suami, Mbak Amba tetap mencintai dan mengharap kepulangan njenengan. Saat suami Mbak Amba meninggal, Mbak Amba pergi ke Buru untuk mencari jejak njenengan. Selama diperjalanan seorang lelaki muda sehat jasmani dan rohani menaruh hati pada Mbak Amba. Lelaki itu yang menemani perjalanan Mbak Amba. Bahkan menemani Mbak Amba saat ia dirawat di rumah sakit karena diserang Muka Burung. Umur lelaki itu kira-kira sama dengan umur Srikandi. Diumur yang sudah bisa dibilang tak muda lagi, Mbak Amba masih bisa memikat hati lelaki yang seumuran dengan anaknya.
Sosok Mbak Amba benar-benar memikat. Saya yang hanya seorang pembaca juga terpikat oleh Mbak Amba. Tapi yang saya sayangkan disini adalah Njenengan hanya meninggalkan puluhan surat untuk Mbak Amba. Njenegan kira Mbak Amba merasa puas akan surat-surat itu? Bahkan tukang odong-odong pun ndak puas kalau hanya dikasih surat.
Terakhir, selamat ya mas karena telah bertemu dengan Pram di kamp tapol. Saya memiliki teman, namanya Oom Nanang, Mas Tohir dan Mas Danial yang benar-benar mengagumi Pram. Tapi mereka tidak diberi kesempatan untuk bertemu Pram. Ah.. betapa beruntungnya njenengan bertemu Pram.
Semoga dikehidupan selanjutnya njenengan tidak melakukan kesalahan yang sama; menyia-nyiakan hati wanita. Dan semoga suatu saat entah dimana itu njenengan dipertemukan dengan Mbak Amba.
Salam
Bojonegoro 26-8-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar