add menu navigasi

Sabtu, 17 September 2016

Buat Pangeran Kunang-Kunang

Salam hangat.

Saya tidak begitu yakin kalau salam hangat tepat saya gunakan untuk mengawali surat ini, tapi saya merasa memiliki hubungan dengan salam hangat dan njenengan.

Jadi begini, saat saya ikut PO Cerita Buat Para Kekasih, saya mendapat "Salam hangat" dari njenengan. Salam hangat pertama yang saya dapat dari njenengan.

Beberapa bulan yang lalu saya ikut PO Memorabilia & melankolia. Kali ini saya berpesan pada jualbukusastra agar njenengan menulis pesan "Buat Wulida, semoga lekas bertemu jodohnya". Tapi saat buku itu sampai ditangan saya, yang tertera di buku itu adalah "Salam Hangat". Sejak saat itu saya merasa salam hangat, njenengan, dan buku pesanan saya berhubungan.

Saya menulis surat terbuka ini karena tantangan dari serangkaian kegiatan Ultah BBI. Mas Agus tahu tentang BBI? Tapi, selain karena tantangan saya memang ingin menulis surat buat njenengan. Saya ingin bercerita banyak. Tentang buku, cerpen, kesibukan njenengan, tentang Republik sentilan-sentilun bahkan tentang Ridwan Kamil.

Seharusnya saat njenengan menjadi pengisi materi diKampusFiksi 12, saya ada disana. Tapi saya telat mengetahui jika anda menjadi salah satu pengisi materi. Saat saya tanya pada Mbak Ve--editor diva, apakah ada kursi kosong di angkatan 12. dengan sadisnya beliau bilang tidak ada.

Seharusnya saat tahun baru saya ada di Jogya, datang ke launching kumcer terbaru njenengan. Tapi saat itu saya harus ke kampung halaman, menyelesaikan urusan ijazah.

Seharusnya yang saya susun selalu gagal, dan kesempatan bertemu njenengan sirna begitu saja.

Sebelumnya, Perkenalkan saya Wulida penggemar tulisan Mas Agus. Saya pertama kali kenal njenengan lewat buku Sepotong Bibir Paling Indah Didunia. Tapi mulai terpesona dengan karya njenengan lewat cerpen Ada Yang Menangis Sepanjang Hari.

Saya malu mengakui, tapi saya tidak hanya terpesona dengan tulisan njengengan, saya juga terpesona dengan njenengan. Pernah suatu kali di salah satu kelas menulis yang saya ikuti (saya mengikuti beberapa kelas menulis dan membaca), kami mendapat tugas membuat cerpen. Dan saya dengan tidak tahu malunya meminta beberapa teman membuat cerpen dengan tokoh yang bernama Wulida dan Agus. Aduh ini kekanakan sekali ya Mas.

Saya dulu takut dengan kunang-kunang. Karena kata ibu kunang-kunang adalah kuku orang mati. Saat membayangkan kuku orang mati yang terlintas di otak saya adalah kuku jorok penuh tanah, dan tiba-tiba mencekik anak kecil yang nakal. Tapi semenjak saya kenal njenengan dan tahu jika njenengan melabeli diri dengan Pangeran Kunang-kunang, saya tidak begitu takut dengan kunang-kunang.

Mas, saya memiliki permintaan. Tolong rekomendasikan saya buku bacaan untuk pembaca yang sedang belajar menulis. Ah, kalau permintaan ini merepotkan. Saya ingin bertanya siapa pengarang favorit Mas Agus?

Saya selalu ingin membuat karya dengan ending twist, surealis, fan mengejutkan seperti karya njengengan.

Ngomong-ngomong Mas, saya tinggal di Bojonegoro Jawa Timur. Kalau mas Agus ada waktu sila Mampir. Saya dan teman-teman mengelola rumah baca dengan nama "Atas Angin". Di Atas angin kami tidak hanya mmengelola sebuah perpus kelompok, kami juga mengadakan kelas menulis cerpen, kelas menulis jurnalis, purnama sastra (bincang-bincang tentang sastra), tadarus cerpen (membedah cerpen) dan lainnya.

Saya sangat berterimakasih kalau Mas Agus menyempatkan membaca surat ini. Saya dan teman-teman menunggu kedatangan Mas di Atas Angin

Salam

Wulida

Tidak ada komentar:

Posting Komentar