add menu navigasi

Sabtu, 21 Januari 2017

Buat Kamu, yang Gemar Menjelajah

Saya menulis ini bukan karena saya kangen. Tolong kamu jangan terlalu percaya diri. Tapi tidak bisa saya pungkiri, bagaimanapun juga kamu memang benar-benar berpengaruh dihidup saya. Meskipun itu sudah tujuh tahun berlalu.

Disela-sela kesepian yang saya rasakan, saya sering mengingatmu. Saya tahu saya salah. Bagaimanapun status kita sudah berubah menjadi kita-tidak-pernah-kenal-sebelumnya-jadi-kenapa-harus-peduli. Dan kita berdua sudah tidak sendiri lagi.


Saya masih ingat pertemuan pertama kita. Kamu memakai kaos joger berwarna hijau tua dan celana training. Tanggal  6 Februari 2010. Kamu terus-terusan tersenyum dengan wajah sok polos dan entah kenapa saya merasa bahagia.

Kamu datang tiba-tiba. Entah dari mana. Entah bagaimana caranya mendobrak hati saya. Dan saya mulai jatuh hati. Saya tahu, jatuh hati padamu adalah kesalahan dan saya menikmati kesalahan itu.

Dari awal saya paham, diantara kita, saya yang lebih dulu menyukaimu sehingga saya tidak bisa mengontrol perasaan saya. Saya menyukaimu secara berlebihan dan kamu memanfaatkannya untuk menyakiti saya. Saya selalu memaafkan semua kesalahanmu bahkan terkadang saya tidak salah apa-apa dan saya yang meminta maaf.

Saya terlalu bodoh untuk menyadari kalau kamu hadir dihidup saya hanya untuk menyakiti saya. Kamu menyakiti saya berulang kali dan saya hanya diam karena saya terlalu takut kehilangan kamu. Dalam hubungan kita hanya saya yang menjadi dewasa dan kamu tetaplah menjadi kanak-kanak yang masih ingin dan selalu ingin menjelajah.

Saya sempat ragu saat melepasmu, saya takut saya kehilangan keseimbangan saat kamu tidak bersama saya lagi. Saya pikir setelah kita berpisah dan tidak pernah ketemu saya dengan mudah bisa melupakanmu tapi ternyata saya salah besar. Empa tahun saya masih belum bisa melepas bayanganmu.

Di tahun ke-4, saya jatuh hatipada seorang teman. Sialnya dia mirip sekali denganmu. Saya berusaha menolak kenyataan kalau kamu memiliki pengaruh besar dihidup saya, tapi saya tidak bisa. Karena memang benar adanya kamu mengendalikan otak saya. Otak dan tubuh saya bekerja tidak beriringan karena kamu.

Saya kecewa mengenalmu. Saya berusaha mati-matian pura-pura tidak pernah mengenalmu. Tapi saya tidak bisa. Saya benci diri saya sendiri yang lemah.

Saya benci dengan kenyataan bahwa kita pernah bersama selama enam belas bulan. Saya benci dengan kenyataan kalau saya hanya terbuai oleh angan yang tak pasti.


Saya benci kamu. Dan semua hal tentangmu. Tapi hati saya menolak membencimu[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar