add menu navigasi

Kamis, 19 Januari 2017

Yosa"n"

Ia senang sekali mengunyah permen karet. Katanya untuk membersihkan mulut. Setiap detik saya melihat ia terus-menerus mengunyah permen karet. Yang saya tahu ia akan berhenti mengunyah permen karet saat sholat, makan dan tidur. Bahkan ia tidak pernah sikat gigi, katanya mulutnya sudah bersih karena kebiasaannya mengunyah permen karet.

Saya pernah masuk ke kamarnya. Disudut kamarnya saya menemukan begitu banyak bungkus permen karet merek yosan. Ia bercerita ia mengumpulkan banyak sekali bungkus permen karet yosan dan tidak pernah menemukan huruf “n”.

“Kalau aku ketemu huruf “n”, aku akan berhenti ngunyah permen karet”. Saya tertawa terbahak, bagaimana mungkin orang seperti ia berhenti mengunyah permen karet.

“Kamu jangan tertawa, saya serius”.

“Permen karet adalah bagian dari hidupmu”. Saya mengingatkan. Bagaimanapun saya tidak ingin melihat kenyataan bahwa setelah berhenti mengunyah permen karet ia tiba-tiba epilepsi atau tiba-tiba giginya rontok. Ih, saya ngeri.

“Bagian hidupku Ji Young”

Saya diam. Obrolan ini sudah tidak asik jika ia membahas mas Ji Young-nya yang katanya super tampan dan sukses membuatnya lupa diri.

Kami terdiam cukup lama, saya melirik ia sedang membuka permen karet lagi—kali ini rasa melon. Ia menjerit tiba-tiba meracau tidak jelas, yang saya tangkap dari racauannya ia mendapat huruf “n” dan di huruf “n” itu terdapat hadiahnya. Katanya ia mendapat kaos bertuliskan yosan dan harus di tukarkan di penjual terdekat.

xxx

Saya sudah jarang bertemu dengannya, karena kami sama-sama sibuk, kabar terakhir yang saya dengar ia sedang di Surabaya, mewakili sekolah dan Kabupaten olimpiade. Olimpiade matematika katanya. Saya tidak tahu apakah ia masih mengunyah permen karet atau tidak, mungkin yang ia katakan dulu hanyalah omongan frustrasi karena tidak pernah menemukan huruf “n”.

Sial. Saat saya melamunkannya handphone saya berbunyi nomer asing.

“Halo”

“Halo, masih ingat denganku?”. Saya kenal betul ini suaranya. Saya mengangguk dan bodohnya kali ini kami bercakap lewat telepon, bagaimana mungkin ia  bisa melihat saya mengangguk.

“Aku nggak jadi menukar hadiah huruf “n”-ku. Kata ibuk rugi, prosesnya susah dan hadiah yang aku dapat Cuma kaos oblong”. Saya tertawa, teringat perjuangannya memperoleh huruf “n”. Dan siaa-sia—karena tidak ditukar,

“Tapi aku sudah tidak ngunyah permen karet lagi. Aku tepat janji kan”. Ia tertawa, renyah sekali dan saya ikut tertawa.

“Mas, aku mau cerita, minggu lalu aku ditembak cowok, dia ngasih aku buku kumpulan puisi. Ada 30-an puisi dibuku itu 75% puisi dibuku itu dibuatkan buat aku, Mas. Aku merasa spesial”. Ia masih meracau entah tentang apa, saya tidak bisa mendengar dan menangkap apa yang ia bicarakan karena saya menahan dada saya yang tiba-tiba sakit. Apa ini yang dinamakan patah hati.

---

Tiga hal yang membaut saya histeris adalah undian permen yosan. Entah percaya atau tidak saya pernah mendapat huruf "n" yang super langka, Ji Young dan kumpulan puisi apel merrah dan hikayat ciuman.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar